Bersama ratusan pasang kaki yang lain, kami memasuki area "car & motor free" di seputaran alun-alun Bondowoso dan monumen gerbong maut. Minggu pagi kelabu berselimut mendung tidak membuat layu semangat kami. Jalan-jalan pagi bersama keluarga begitu mahal untuk dilewatkan.
Udara bersih dan aneka cemilan murah menjadi demikian istimewa. Puluhan patung pahlawan korban gerbong maut Belanda juga seolah tersenyum melihat keceriaan kami. Melirik patung-patung manusia di depan gerbong itu membuat saya sedikit malu, seolah kisah tragis mereka justru kita jadikan area bermain.
Tapi bukankah kita semua juga demikian? Setiap senyum dan kesejahteraan yang kita rasakan adalah hasil jerih payah dan pengorbanan para pendahulu. Tanpa kita menyadarinya.
Pikiran dan perasaan saya full oleh Keceriaan dan tawa anak-anak, hingga satu detik mengingatkan saya pada kunci motor yang ternyata tidak ada di posisinya yang biasa, yaitu saku celana. "Celaka??!" Saya pun berlari menuju tempat parkir yang sudah nampak kosong.
Alhamdulillah motor kami masih ada. Bapak tukang parkir tersenyum melihat kepanikan saya. "Lain kali jangan sampai lupa kuncinya mas," katanya seraya menyerahkan kunci motor kepada saya.
Alun-alun dan monumen gerbong maut sudah kembali seperti biasa. Ratusan motor dan mobil yang angkuh berseliweran melewatinya. Momen demi momen berlalu menjadi cerita, yang hanya bermakna bagi mereka yang mau merenunginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar