Bis Akas yang saya tumpangi melaju dari Situbondo, mengejar senja ke barat Surabaya. Masih teringat pertanyaan Irfan saat menonton film kartun kesukaannya, "senja itu apa yah?" Setiap kata baru yang didengar atau dibacanya akan berbuah pertanyaan seperti itu. Rasanya menyenangkan ketika anak kita masih memiliki ketertarikan yang kuat akan pengetahuan. Tugas saya adalah menjaga agar ketertarikan itu semakin menyala terang namun bertahan lama. Jawablah dengan latar pemahaman mereka. "Senja itu sore, yaitu saat matahari pulang ke rumahnya di ujung barat sana."
"Hei matahari, jangan pulang. Mainlah ke rumahku!" Tentu kalimat lugu itu akan membuat kita tersenyum.
Senja di masa puncak kemarau memaparkan suasana kering penuh daun gugur di pinggiran jalan. Nafas berat saya hembuskan, seiring kemarau sosial yang dialami Indonesia. Para pengamen silih berganti mendendangkan semangat yang menyedihkan. Liriknya kadang menyinggung orang berpendidikan yang hanya mampu memperkaya diri. Miris tapi nyata, lihat saja berapa banyak PT yang dibekukan dan ribuan ijazah palsu di negeri ini. Senja, kemarau, kesusahan, jatuh bangun suatu bangsa dan bahkan sehelai daun gugur pun adalah taqdir Allah yang harus kita baca. Semoga "matahari" benar-benar mau singgah dan menerangi rumah kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar