Lucu melihat Irfan dan Ilma ketakutan pada ayam betina yang telur2nya telah menetas dan menjadi galak minta ampun. Sejak zaman dahulu begitulah ayam, menurut Mendel gen tubuh mereka telah terprogram untuk menjadi lebih ganas saat menjadi seekor induk. Sederhana, biasa saja namun sekaligus mengagumkan. Macan yang ganas pun peduli pada anak-anak mereka. Kepedulian ibu terlihat pada semua mahkluk, dan itulah yang menjadi pondasi bangunan kehidupan.
Pada diri manusia, yang berakal dan sadar akan keberadaan dirinya, peduli tidak hanya muncul untuk menyelamatkan anak-anaknya tapi lebih luas. Peduli pada keluarga, sahabat, golongan, sesama manusia dan bahkan peduli pada semua makhluk. Kepedulian pada diri manusia dapat mengangkatnya ke derajat yang agung. Peduli tidak selalu sama dengan memberi. Peduli terletak di hati. Seorang jutawan dapat menyumbang jutaan rupiah tanpa sedikitpun rasa peduli pada orang miskin melainkan hanya maksud2 politis. Rasa ini diasah oleh kesadaran sebagai hamba yang diciptakan untuk kebaikan.
Zaman yang semakin mendukung individualitas ini membuat kita dapat melihat bagaimana bangunan kehidupan menjadi semakin rapuh. Polusi, bencana, kerusakan moral hingga perang adalah akumulasi kepedulian yang hanya tercurah untuk "aku." Tidak mudah untuk mewujudkan kepedulian. Bukan karena lawan yang besar dan ganas, tapi justru yang lemah dan tak terlihat. Yaitu diri kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar