Minggu, 08 Juli 2018

PANTAI MANGROVE

4 April 2016

Pandangan saya tenggelam dalam lautan rhizophora (tenjhang) dan Avicennia (api-api). Panas yang begitu menyengat seolah tak terasa. Beberapa kali kamera yang saya bawa mengabadikan spesies unik penghuni pantai tersebut.
Hari itu saya mengajak mahasiswa untuk mengamati lingkungan pantai. Mereka belajar untuk menjadi guru IPA yang dekat dengan alam, khususnya alam pesisir Sumenep.
Dalam IPA banyak sekali terdapat teori yang harus diajarkan. Hal tersebut seringkali membuat para guru salah langkah, terlalu sibuk mengajarkan teori sampai-sampai lupa pada alamnya sendiri yang demikian indah dan mengagumkan. Akibatnya para siswa hanya megenal IPA yang penuh konsep abstrak yang harus dihafal dan dipahami.
Saya yakin, bahwa kekaguman terhadap alam dan penciptanya adalah inti dari kesuksesan belajar IPA. Seperti itu juga Ibnu Sina, Newton, atau Einstein belajar dan menemukan teori baru. Sajikan anak-anak kekaguman, dan dari hati mereka akan muncul energi besar untuk mengeksplorasi dan meneliti. Sayang, banyak guru dan sekolah yang menganggap buku saja sudah cukup.
Tidak hanya belajar IPA, bahkan dalam beribadah pun sering kita terjebak. Terfokus pada ritual dan aturan hingga tidak menyadari bahwa kekaguman kepadaNya justru memudar.
Kira-kira jam satu kami meninggalkan kawasan pantai Penggir Papas. Ratusan bangau seolah mengantar dan mengucap salam. Tambak-tambak di sepanjang perjalanan menjadi saksi kicau riang para mahasiswa. Entah apa saja yang mereka bicarakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar