Minggu, 08 Juli 2018

DHUHUR

27 Maret 2016

Waktu dhuhur sudah tiba. Beberapa penghuni kampus cemara, termasuk saya, tampak melangkah menuju masjid.
Masjid Manarul Ulum adalah bangunan kecil tercinta kami. Berwarna kebiruan dengan ciri masjid pada umumnya yaitu kubah yang melambangkan lingkaran langit ciptaan Allah. Posisinya di tengah-tengah kampus seperti hendak menunjukkan cita-cita para pendiri kampus untuk menempatkan ibadah sebagai jantung dari semua aktivitas akademik. Selain mereka yang hendak menunaikan shalat di dalam masjid, teras luar tampak ramai oleh mahasiswa yang sibuk dengan tugas-tugas kuliah.
Aliran air wudhu membilas suci muka, kedua tangan, kepala, telinga dan kaki. Ah, harapan saya, diri ini telah cukup suci untuk menghadapNya.
Kita mempersepsi masjid sebagai gabungan dari bangunan, kubah, air wudhu, sajadah, mimbar dan juga orang-orang shalat. Demikian pula kita mempersepsi dunia dan diri kita sendiri, yaitu sebagai hubungan antara berbagai obyek atau peristiwa. Bahkan rasa senang atau susah, hadir dalam diri kita sebagai akibat dari hubungan peristiwa-peristiwa tertentu yang kita alami.
Shalat mengharuskan kita melepas semua ikatan dengan dunia. Hingga yang tertinggal adalah hubungan kita dengan Tuhan. Rukuk dan sujudnya badan harapannya membekaskan rukuk dan sujud di hati kita.
Siang itu begitu cerah. Matahari, awan-awan putih, aneka bangunan kampus, batu-batu dan cemara seolah turut bermakmum pada kita di Manarul Ulum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar