Sabtu, 26 November 2016

MUSIM HUJAN

20 Januari 2016

Pagi kelabu karena mendung menaungi bumi dari pancaran sinar mentari. Saya melangkah di jalan beraspal yang membelah lapangan menghijau penuh rumput musim penghujan. Tampak dua orang ibu tua sedang berlomba menyabit rumput untuk pakan ternak mereka. Maklumlah, penghujan musim ini pelit air hingga rumput tak selebat musim-musim sebelumnya.
Di bis mini, terdengar celoteh penumpang lelaki tentang jagung-jagung yang kerdil dan banyak mati karena cuaca dan air yang sulit. Sopir dan kenek bis tak menjawab, hanya sesekali bersuara “hmm sepi, sepi …” Hingga sampai kampus, cuma saya seorang penumpang yang tersisa.
Cemara-cemara di kampus dipangkas karena musim angin. Para dosen tampak cemberut dengan setumpuk kertas koreksian setelah ujian akhir semester. Sementara penjaga kantin lesu karena para mahasiswa langganannya pada libur. Melewati ruang "chek in" sempat saya lirik berita di koran tentang bupati Bangkalan yang dikeluhkan Mendagri dan wakil gubernur gara-gara jarang ngantor.
Akhirnya hujan jatuh juga. Bersyukur karena saya sudah sampai di kantor. Menyaksikan bagaimana milyaran tetes air mengguyur pepohonan, jalan-jalan hingga atap gedung, seolah hendak menyapu bersih semua masalah yang ditimbulkan manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar