Sabtu, 26 November 2016

INDONESIA

29 Oktober 2015

Setelah Belanda menerapkan politik etis, menyekolahkan para bangsawan pribumi karena tuntutan gerakan humanisme di eropa, maka mulailah bersemi kesadaran nasional di dada para pemuda pribumi di awal abad 19. Sejarah panjang pahlawan dari berbagai pelosok negeri yang masih bersifat kedaerahan memberi mereka pelajaran besar bahwa bangsa ini harus bersatu untuk benar2 lepas dari penjajahan.
Indonesia masih kalah luas dengan kawasan Majapahit silam. Namun kebesaran jiwa yang dicita-citakan para pemuda haruslah melebihi kerajaan besar itu, agar tidak senasib yaitu hancur karena keserakahan para pimpinannya sendiri. Jiwa besar bangsa tersebut mulai benar2 diwujudkan ketika para pemuda bersumpah untuk berbangsa, berbahasa dan bertanah air satu yaitu Indonesia.
Berbagai momen perjuangan yang meminta pengorbanan darah dan cita2 individual akhirnya membawa kita pada bentuk Republik. Suatu bentuk yang sejak abad 4 SM telah diyakini Plato sebagai bentuk negara terbaik, bahkan melebihi demokrasi Athena yang membunuh Sokrates.
Kemerdekaan bukan ujung kebahagiaan namun baru awal yang masih menuntut perjuangan. Dari sejarah ini saya merenungkan makna pendidikan yang berpegang pada cinta kebenaran. Yang ternyata dalam kondisi apapun sanggup membawa manusia pada revolusi positif. Perubahan besar harus dimulai dari kesadaran berpikir. Sepertinya itulah yang Allah hendak tunjukkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar