Jumat, 18 November 2016

MUSIM GARAM

30 Juli 2015

Sumenep di pagi kemarau telah demikian panas. Tak enak memang, tapi cuaca ini adalah berkah bagi para petani garam. Tentu saja, kristal putih itu tak akan muncul jika cahaya matahari kurang terik. Di bulan-bulan Juli Agustus seperti ini kita dapat melihat bagaimana para petani membangun bukit-bukit garam di tambak mereka. Walau masih kalah bersaing dengan garam asing, tapi mereka tak pernah gentar atau berhenti.
Perlu diketahui bahwa pembuatan garam di Sumenep telah berlangsung lima abad (sejak abad 15). Dipelopori oleh seorang panglima perang Bali yang dikalahkan oleh raja Sumenep. Nama panglima itu Anggosuto. Kemungkinan pengetahuan membuat garam telah dimilikinya sejak dari Bali. Di zaman Belanda, garam Madura menjadi industri yang besar, berlanjut hingga saat ini namun kurang berkembang. Saya rasa akan terus demikian jika bukan anak-anak tanah ini sendiri yang melakukannya.
Saya bermimpi bumi Madura suatu ketika dapat melahirkan ahli-ahli garam yang dapat membuka mata dunia bahwa garam bukan hanya pelengkap masakan tapi inti citarasa, pendukung berbagai industri dan bahkan memiliki potensi pengobatan berbagai jenis penyakit. Seperti prinsip Sukarno, Apa yang mustahil bagi semangat generasi muda berilmu?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar