Setiap sore, ritual saya adalah menunggu bis mini yang akan membawa saya pulang. Lama tunggu itu bisa lima menit, sepuluh menit, satu jam atau bahkan lebih. Bis mini di sini tidak punya jadwal tetap. Di bawah kanopi pepohonan yang juga seolah telah lelah saya terlatih untuk sabar menunggu. Karena itu, saya seakan-akan mampu melihat bayangan kecil bis mini yang jaraknya masih satu kilometer.
Senyum saya pun merekah. Ternyata bahagia itu bisa sangat sederhana ya.
Saat kecil, terutama di hari libur sekolah, saya suka sekali membeli jajan pada seorang ibu penjual jajan keliling. Sambil membawa bakul besar berisi beraneka jajan ibu itu akan berteriak, “jajaaan .. jajaan…” Dari jauh suaranya sudah membuat saya gembira.
Sebaliknya, suasana hati saya terasa diselimuti mendung tebal jika sang ibu tidak berjualan. Walaupun di rumah telah tersedia makanan lain yang mungkin menurut banyak orang lebih enak dan mahal tapi rasanya tetap tidak bisa menggantikan jajan yang ibu itu jual.
Peristiwa-peristiwa tersebut membuat saya sadar bahwa semua jenis pekerjaan yang kita lakukan berpotensi untuk memberikan kebahagiaan pada orang lain. Karena itu jangan pernah minder, sebagai apa pun diri anda.
Sejatinya, kebahagiaan itu datang dari Allah. Tapi Dia memberikannya dengan cara yang sangat romantis dan tanpa kita sangka-sangka. Alhamdulillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar